12 Desember 2011

5 Tantangan Internet bagi Orang Tua

 

Pengaksesan yang mudah dan keinginan anak-anak untuk leluasa berselancar di dunia maya adalah beberapa tantangan yang harus dihadapi orang tua ketika berbicara mengenai keamanan berinternet bagi anak. Dunia internet memang tidak sepenuhnya aman.
Dengan mengetahui tantangan apa saja yang dihadapi orang tua serta langkah penanggulangannya, maka anak-anak diharapkan bisa tetap menikmati manfaat internet tanpa terseret ke sisi gelap jagad maya. Berikut tantangan-tantangan tersebut:

1. Kemudahan Akses Internet
Dengan makin banyaknya piranti yang bisa terkoneksi dengan internet, anak-anak makin mudah untuk memasuki dunia online. Bukan hanya dari komputer saja, namun juga dari ponsel mereka bisa langsung terhubung. Lantas apa yang harus dilakukan oleh orang tua dengan kemudahan tersebut? Para orang tua diimbau untuk membantu anak-anaknya belajar tentang perilaku aman ketika berinternet, bukan hanya pembelajaran tentang situs mana yang layak dan tak layak. Sebab mengajari mereka tentang bahayanya sebuah situs tertentu, bisa jadi aksi yang basi berhubung informasi di internet terus berganti.

2. Bebas Online Tanpa Aturan
Sebagian besar anak-anak bisa bebas berselancar di dunia maya dan melakukan aktivitas online mereka karena orang tua tidak menerapkan aturan berinternet. Buntut-buntutnya, anak-anak akan leluasa mengunjungi situs, berkutat dengan jejaring sosial, chatting via layanan instant messaging dan lain-lain tanpa pengawasan. Mengetahui hal itu, orang tua diharapkan mau dan mampu terlibat dalam kehidupan online anak-anak mereka.

3. Mereka Lebih Tahu daripada Orang Tua
Semakin dewasa si buah hati, mereka makin lihai dalam berselancar di internet melebihi para orang tua. Mengakali filter (penyaringan) dan settingan history adalah aksi yang harus diwaspadai. Orang tua dalam hal ini harus sering-sering menambah wawasan agar tidak ‘dilangkahi’ oleh anak-anak mereka sendiri.

4. Dunia user-generated content
Di jagad user-generated content, mereka yang  terkoneksi dengan internet, termasuk anak-anak bisa menciptakan beragam konten sendiri. Mereka mampu memposting dan menerima foto, stream video, serta menulis dan membaca hal-hal yang bisa dilihat siapapun yang sedang online. Bahayanya, merekapun bisa menerima informasi tanpa editan dan saringan. Membantu anak-anak berpikir kritis akan apa yang mereka posting, baca dan lihat di internet adalah langkah yang penting.

5. Anak Inginkan Kebebasan
Sangat natural jika anak Anda yang menginjak usia remaja menginginkan privasi, mencoba kepribadian yang berbeda dan berusaha untuk diterima. Hal ini adalah bagian dari proses menuju kedewasaan. Kadangkala orang tua ‘datang’ di saat yang dirasa tidak tepat saat berurusan dengan kebebasan dan keamanan berinternet. Orang tua sebaiknya bisa mencari celah yang tepat dan waktu yang pas agar anak-anak tidak merasa terlalu dikontrol dan diperlakukan overprotective. 

Sumber: Commonsense

17 November 2011

Gemba Kaizen


Pengertian Gemba Kaizen

Konsep Gemba Kaizen merupakan model dari teori “Z”, tetapi karena bersifat “kemanajemenannya” yang lengkap dan teruji dengan baik, konsep ini sukses dilaksanakan di Jepang dan kemudian meluas ke negara lain. Oleh karena itu perlu dicermati lebih lanjut sebagai konsep manajemen pemberdayaan SDM yang utuh.

Gemba diartikan sebagai tempat yang sebenarnya, tempat di mana kejadian terjadi atau tempat di mana produk, jasa pelayanan dibuat. Karena itu gemba terdapat di mana-mana.

Kaizen (Ky’zen), diartikan sebagai penyempurnaan, perbaikan berkesinambungan melibatkan semua orang, baik manajer (pimpinan) dan karyawan dengan biaya yang tidak seberapa. Falsafah kaizen berpandangan bahwa cara hidup kita, apakah kehidupan kerja, kehidupan sosial, kehidupan rumah tangga, hendaknya berfokus pada upaya perbaikan terus menerus, kecil bertahap, berguna (berlawanan dengan inovasi yang drastis, yang sekali gebrak dan berbiaya tinggi). Kaizen adalah integrasi dari Total Quality Control (TQC), cacat nihil (Zero Damaged = ZD), tepat waktu (Just in Time = JIT) dan sistem saran (SS). Dengan demikian kaizen adalah TQC + ZD + JIT + SS.

Dengan demikian esensinya Gemba Kaizen dapat diartikan sebagai perbaikan kualitas langsung di tempat kerja (Imai, 1999, 2001).

Prinsip-prinsip Gemba Kaizen

Strategi kaizen meliputi pandangan terhadap fungsi tugas; pandangan terhadap konsep perbaikan; hubungan proses dan hasil; siklus Plan Do Check - Act (PDCA) = Rencanakan – Kerjakan – Periksa – Tindak lanjut dan siklus Standardize Do Check - Act (SDCA) = Standarisasi – Kerjakan – Periksa – Tindak lanjut; mengutamakan kualitas; berbicara dengan data yang akurat dan pentingnya posisi konsumen.

Pandangan terhadap fungsi tugas dan konsep perbaikan, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1
Pandangan Terhadap Fungsi Tugas, Inovasi dan Kaizen



 
(Sumber : Imai, 2001; Amin Ibrahim, 2003)

Dari gambaran di atas terlihat bahwa perbaikan sama pentingnya dengan pemeliharaan, perbaikan dibagi menjadi kaizen dan inovasi (Kaizen lebih diutamakan). Kemudian terlihat pula pentingnya peran semua tingkat manajemen dalam bekerja sama, baik itu manajemen puncak, manajemen madya, pengawas dan karyawan dengan batas-batas yang longgar. Kaizen menekankan pola pikir berorientasi proses, karenanya harus disempurnakan terus menerus agar hasil dapat meningkat. Kegagalan dari hasil, berarti kegagalan dalam proses, kegagalan pada upaya manusianya, sangat berbeda dengan orientasi hasil (by objective) semata-mata. Untuk lebih jelasnya bagaimana hirarki keterlibatan dalam Kaizen dari semua tingkat manajemen, dapat disederhanakan sebagai berikut :


Tabel 1
Hirarki Keterlibatan dalam Kaizen

No
Manajemen Puncak
Manajemen Madya dan Staf
Penyelia (Supervisor)
Karyawan (Anggota)
1
Bertekadlah untuk mengintroduksi Kaizen sebagai strategi perusahaan/ organisasi
Sebarluaskan dan implementasikan sasaran Kaizen sesuai arahan manajemen puncak (MP) melalui jalur fungsional/silang agar semua mengetahuinya
Pergunakan Kaizen dalam peranan fungsional
Libatkan diri dalam Kaizen melalui sistem sasaran dan aktivitas kelompok kecil
2
Berikan dukungan dan pengarahan untuk Kaizen dengan alokasi sumber daya
Pengenalan Kaizen dalam kapabilitas fungsional
Formulasikan rencana Kaizen dan berikan bimbingan kepada karyawan
Praktekkan secara disiplin di tempat kerja (di Gemba) masing-masing
3
Tetapkan kebijakan Kaizen dan sasaran-sasaran fungsional silang
Tetapkan, pelihara dan tingkatkan standar
Sempurnakan komunikasi dengan karyawan dan pertahankan moral tinggi
Libatkan diri dalam pengembangan diri yang terus menerus supaya menjadi pemecahan masalah yang lebih baik
4
Realisasi sasaran Kaizen melalui penyebarluasan kebijakan dan audit
Usakan karyawan sadar Kaizen melalui program lebih intensif
Dukungan aktivitas kelompok kecil (seperti gugus kendali mutu) dan sistem sasaran individual
Tingkatkan keterampilan dan keahlian melalui pendidikan/ latihan silang secara terus menerus
5
Rancangan sistem, prosedur dan struktur yang membantu Kaizen lebih jelas tahapan-tahapannya.
Bantu karyawan memperoleh keterampilan dan alat pemecahan masalah
Berikan sasaran Kaizen lebih lanjut

(Sumber : Imai, 2001; Amin Ibrahim, 2003)

Untuk melihat perbedaan konsep kaizen (Jepang) dan inovasi (Barat) dapat dilukiskan sebagai berikut.

Tabel 2
Perbandingan Konsep Kaizen dan Inovasi

No
Fokus
Kaizen
Inovasi
1
Dampak
Jangka panjang, berlangsung lama, tidak dramatis
Jangka pendek, dramatis
2
Kepercayaan
Langkah pendek
Langkah panjang
3
Kerangka waktu
Terus menerus dan meningkat
Sebentar-sebantar, tidak meningkat
4
Perubahan
Berangsur-angsur dan tetap
Mendadak dan mudah berubah
5
Keterlibatan
Setiap orang
Memilih beberapa “juara”
6
Ancangan
Kolektivisme, usaha kelompok, ancangan sistem
Individulisme murni, ide dan usaha individual
7
Cara
Pemeliharaan dan penyempurnaan
Merombak dan membangun kembali
8
Yang mendorong
Pengetahuan keahlian konvensional
Terobosan teknologi, penemuan baru, teori baru
9
Persyaratan praktek
Investasi kecil, tetapi usaha besar untuk pemeliharaan
Investasi besar, tetapi usaha untuk pemeliharaan kecil
10
Orientasi usaha
Manusia
Teknologi
11
Kriteria evaluasi
Proses dan usaha untuk memperoleh hasil yang lebih baik
Hasil keuntungan
12
Keuntungan
Berjalan baik dalam pertumbuhan ekonomi lambat, tetapi terus meningkat
Lebih sesuai untuk pertumbuhan dengan ekonomi cepat
13
Informasi
Terbuka, dibagikan
Tertutup, perorangan
14
Organisasi
Fungsional silang
Lini dan staf
15
Fungsi umpan balik (feedback)
Luas, terus menerus dari berbagai tingkatan dan eksternal (lingkungan)
Terbatas
16
Fokus perhatian
Pada semua pihak (bersifat umum) dan semua jenis
Pada keahlian tertentu
17
Sifat/sumber
Kreativitas
Adaptasi terus menerus terhadap tuntutan perubahan

  (Sumber : Imai, 2001; Amin Ibrahim, 2003)


Selanjutnya posisi PDCA dan SDCA dapat digambarkan sebagai beriku.

Gambar 2
Siklus PDCA dan SDCA




(Sumber : Imai, 2001; Amin Ibrahim, 2003)

Gemba Kaizen sebagai suatu Sistem

Dari prinsip-prinsip kaizen di atas, dirancang sistem utama kaizen yaitu merupakan  intergrasi dan interkasi antara Total Quality Management (TQC = Pengawasan Mutu Terpadu), subsitem produksi Just in Time (JIT = Tepat Waktu), Total Prductive Maintenance (TPM = Pemeliharaan Produksi Terpadu), penjabaran kebijakan perusahaan/organisasi (policy  deployment), sistem saran (suggestive system) dan kegiatan-kegiatan kelompok kecil (small group activities) yang dinamis dan profesional.

Sasaran akhir dari strategi (inklusif sistemnya) adalah perbaikan kualitas, biaya dan penyerahan (QDC) seperti yang telah diuraikan di atas, dengan menentukan prioritas-prioritas perbeikan pada semua tingkatan proses, yang berarti pemberdayaan SDM secara terus menerus.

Implementasi Gemba Kaizen

Dalam implementasinya, strategi kaizen diterapkan dalam bangunan gemba dengan menganut prinsip kebersamaan (top downbutton up, secara serasi), yang dapat digambarkan sebagai berikut :


Gambar 3
Bangunan Manajemen Gemba




 
 
(Sumber : Imai, 1999; Amin Ibrahim, 2003)

Dari gambaran di atas, dimaksudkan seluruh kegiatan kaizen dilakukan di gemba (tempat kerja) yang ada dimana-mana sesuai masalahnya. Selanjutnya dapat diterangkan sebagai berikut :
1)      Standarisasi diperlukan agar ada aturan dan tolak ukur yang jelas dalam proses Kaizen dalam mengelola sumber daya (tenaga kerja, informasi, pralatan dan material). Standarisasi dapat dan harus diubah bila ternyata tidak sesuai lagi.
2)      Standarisasi, 5 R (pemeliharaan tempat kerja), dan penghapusan muda (pemborosan) merupakan tigas pilar utama kaizen. Tiga pilar ini penting dalam upaya mencapai QDC (Kualitas – Kontrol – Penyerahan) yang berhasil, ramping (dinamis) dan efisien.
3)      Dalam melaksanakan kaizen langsung dianut 5 (lima) aturan dasar, disebut “aturan emas”, diantaranya: (a) Bila masalah (ketidakwajaran) muncul.ditemukan, langkah pertama segera ke gemba dimana masalah tersebut terjadi; (b) Periksa keadaan gembutsu (objek/benda dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan masalah yang terjadi); (c) Lakukan  penanganan sesaat, langsung di tempat kejadian; (d) Temukan akar penyebab masalah;
(e) Standarisasi (ulang) guna mencegah terulangnya masalah, dan didata dengan baik.
4)      Mengenai manajemen kualitas, biaya dan penyerahan di gemba perlu digaris bawahi hal-hal sebagai berikut : (a) kualitas bukan sekedar hasil keluaran, tapi hasil dari standarisasi, dalam gemba yang beriklim kerja yang baik (5 R), dan dengan biaya yang rendah, untuk mencapainya diperlukan latihan keterampilan, sehingga tidak pernah dihasilkan produk yang cacat. Didorong terus upaya kegiatan kelompok, sistem saran, pengumpulan data, sehingga didapatkan standarisasi yang lebih dan dan lebih baik; (b) Penghematan di gemba dilakukan dengan meningkatkan kualitas, produktivitas, mengurangi tempat penyimpanan/persediaan, memperpendek jalur produksi, mengurangi gangguan teknis, mengurangi ruangan kerja yang tidak perlu, mempersingkat waktu sehingga prosedur menjadi singkat, fleksibel, efisien, “bebas kesalahan”, bebas kemacetan, penyerahan tepat waktu. Tetapi harus diingat penghematan biaya dan peningkatan kualitas harus serasi; (c) Untuk merumuskan standarisasi, diperlukan standar kerja dengan ciri-ciri: merupakan cara terbaik, teraman, termudah dalam melaksanakan tugas yang menyangkut penerapan profesional yang telah diperoleh, dan terus dikembangkan. Standar kerja juga diperlukan untuk memperbaiki proses, petunjuk bagi latihan, dasar audit dan diagnosis, sarana untuk mencegah pengulangan kesalahan dan meperkecil keanekaragaman yang tidak diperlukan; (d) Mengenai 5 R yang meliputi ringkas, yang berarti dapat membedakan apa yang diperlukan dan tidak diperlukan di gemba. Rapi dan resik sehingga setiap sarana siap pakai dan mudah dijangkau. Rawat meliputi diri, alat dan lingkungan. Rajin yang berarti disiplin dengan standarisasi yang telah ditetapkan bersama. Ternyata prinsip 5 R ini telah dianut juga oleh negara Barat dengan modifikasi seperlunya seperti di Amerika Serikat dengan 5 S : Sort (memilah), Straighten (meluruskan), Scrub (gosok), Systematize (sistemisasi), dan Standarize (standarisasi). Di Eropa dikenal 5C, yaitu Clearcut (singkirkan), Configure (susun/tata), Clearand Check (bersihkan dan periksa ulang), Conform (pastikan pada tempatnya), dan Custom and Practice (biaskan dan praktekkan).
5)      Mengenai pemborosan (muda) ada 7 (tujuh) hal yang harus diperhatikan, yaitu produksi yang berlebihan, pemborosan persediaan, pemborosan pengerjaan berulang-ulang, pemborosan gerak kerja, pemborosan pemrosesan, pemborosan karena waktu tunggu dan penundaan, pemborosan transfortasi. Keadaan seperti ini disebut mudamuramuri (boros – timpang – terpaksa).
6)      Bangun gemba didasarkan pada usaha-usaha organisasi pembelajaran (learning organization) terus menerus, bertanyaterus menerus mengapa terjadi kesalahan sampai ditemukan jawabannya, kebijakan kelompok selalu lebih baik dari perorangan, peluang kaizen tidak ada batasnya.
7)      Sistem saran dan gugus kendali mutu diperlukan agar membuat pekerjaan lebih mudah dilaksanakan, menyingkirkan hal-hal yang menjemukan/tidak perlu, menciptakan suasana nyamana, aman, produktif, meningkatkan kualitas, menghemat waktu dan biaya.
8)      Perlu pula dibangun disiplin pribadi melalui sistem reward and punishment yang tepat, keteladanan, kerjasama, keterlibatan konsumen, dan langkah-langkah kesejahteraan lainnya.
9)      Diperlukan pula “manajemen visual” di gemba agar semuanya nyata, terutama hubungan sistemik antara 5 M nya (man, money, material, machine dan method), bagaimana 5R diragakan, meragakan standar dan target sehingga semuanya jelas dan nyata.
10)  Peran supervisor (penyelia), agar semua kegiatan pemeliharaan, perbaikan dan kinerja karyawan dapat berjalan dengan baik.

14 November 2011

Menulis Naskah Drama

“Kita semua adalah makhluk kreatif, dan kreativitas adalah seperti otot yang akan menguat jika kita terus melatihnya.” (Indra Suherjanto).

A. Proses Kreatif
Menulis naskah drama merupakan kegiatan proses kreatif. Kreativitas menyangkut tahapan pemikiran imajinatif: merasakan, menghayati, menghayalkan, dan menemukan kebenaran. Untuk mendalami proses perjalanan melihat, mendalami, dan mewujud tersebut perlu fase-fase proses dengan pola:
1. Merasakan
Merasakan adalah bagian terpenting dari panca indera manusia. Segala sensasi dalam diri manusia selalu dengan fase merasakan. Merasakan diartikan sudah melewati proses melihat, mendengar, dan menyerap.
2. Menghayati
Menghayati diartikan mendalami atau merasakan betul-betul temuan-temuan yang telah dilakukan pada fase merasakan. Indikator menghayati adalah sampai pada kesadaran pribadi terhadap sensasi yang diperolehnya.
3. Menghayalkan
Menghayalkan adalah fase memunculkan kembali apa yang telah dirasakan, apa yang dihayati dalam wujud khayalan dengan harapan memperoleh hayalan-hayalan lain yang baru.
4. Mengejawantahkan
Mengejawantahkan adalah fase mewujud dari tiga proses sebelumnya. Fase ini perlu menggunakan filter estetik agar curahan-curahan hasil fase sebelumnya lebih bernilai.
5. Memberi Bentuk
Memberi bentuk adalah fase penguatan pengejawantahan dengan proses alamiah, mengalir, dengan menggunakan simbol-simbol dan metafora sehingga keinginan dan angan-angan dapat menjadi sebuah karya.

B. Menciptakan Konflik
Kreatifitas pengarang dalam menulis naskah dapat dilihat dari kemampuan pengarang menciptakan konflik dengan surprise atau kejutan-kejutan, menjalin konflik-konflik tersebut, dan memberikan empati dalam penyelesaian konflik. Konflik biasanya dibangun oleh pertentangan tokoh. Pertentangan karakter, pertentangan visi tokoh, pertetangan pandangan dan ideologi tokoh, lingkingan, nilai-nilai dan sebagainya. Plot atau alur drama ada tiga, yaitu:
1. Sirkuler (cerita berkisar pada satu peristiwa saja),
2. Linear (cerita bergerak secara berurutan dari A-Z),
3. Episodic (jalinan cerita itu terpisah/ terpotong-potong dan kemudian bertemu pada akhir cerita).

C. Menciptakan Tokoh
Kehadiran tokoh/ pelaku dalam sebuah drama menjadi penting. Tokoh atau pelaku akan mejadi penentu gerak alur cerita (protagonis, antagonis, tritagonis). Tokoh sangat berperan dalam menjelaskan ide atau inti cerita yang dibangun. Kehadiran beberapa tokoh pendukung juga memberi kesan tersendiri dari sebuah naskah drama. Tokoh berperan penting dalam membangun konflik naskah. Bisa jadi tokoh tidak menyelesaikan masalah tersebut. Namun, kekuatan sebuah naskah drama adalah kuatnya karakter yang dibangun oleh penulis dalam mendeskripkan seorang tokoh agar sutradara paham betul membentuk karakter tersebut.

D. Menciptakan Dialog
Apalah arti hadir seorang tokoh tampa sebilah kata. Itulah hal utama yang perlu diperhatikan dalam menampilkan dialog. Dialog yang dibawakan tokoh/ pelaku merupakan salah satu aspek esensial yang ada dalam naskah drama. Bila bentuk dialog disertai dengan lakuan akan lebih memperjelas maknanya. Muatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh disampaikan melalui dialog.

E. Menciptakan Simbol
Naskah drama sebagai karya sastra merupakan proses kreatif individu pengarang yang berbicara tentang dirinya yang disajikan secara tidak langsung atau dengan menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi.

F. Menciptakan Naskah Berbobot
1.    Menampilkan gagasan baru melalui pemikiran imajinatif.
2.    Memiliki konflik dengan surprise (kejutan-kejutan), kaya suspense (ketegangan) sehingga memikat untuk dibaca atau dipentaskan.
3.    Menghadirkan tokoh sebagai penentu gerak alur cerita.
4.    Memiliki dialog yang bermuatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh disertai dengan lakuan.
5.    Menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi.
6.    Menampilkan problem kehidupan manusia, mengandung aspek moral, dan mengandung nilai-nilai pendidikan.

Selamat Mencoba….