28 Februari 2011

PEMBELAJARAN SASTRA


Pengertian Sastra

Kata  sastra pada awalnya sebenarnya adalah kesusastraan, akan tetapi orang lebih suka menggunakan istilah sastra. Kata kesusastraan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu susastra dengan memperoleh iombuhan ke-an. Kata su berarti baik atau indah, dan kata sastra berarti tulisan atau karangan. Jadi, kesusastraan adalah semua tulisan atau karangan yang indah dan baik, semua tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.

Fungsi Sastra

Fungsi sastra bagi hidup dan kehidupan manusia adalah :
1.     Fungsi rekreatif, yaitu fungsi atau manfaat memberikan rasa senang, gembira, dan menghibur
2.     Fungsi didaktif, yaitu fungsi atau manfaat mengarahkan dan mendidik pembaca karena mengandung nilai-nilai moral
3.     Fungsi estetika, yaitu fungsi atau manfaat yang dapat memberikan keindahan bagi pembaca karena bahasanya yang indah
4.     Fungsi moralitas, yaitu fungsi atau manfaat yang dapat membedakan moral yang baik dan tidak baik bagi pembacanya karena sastra yang baik selalu mengandung nilai-nilai moral yang tinggi
5.     Fungsi religiusitas, yaitu fungsi atau manfaat yang mengandung ajaran-ajaran agama yang harus diteladani oleh pembaca

Pelaksanaan Pembelajaran Sastra

Sastra tidak bisa dikelompokkan ke dalam aspek ketrampilan berbahasa karena bukan merupakan bidang yang sejenis. Walaupun demikian, pembelajaran sastra dilaksanakan secara terintegrasi dengan pembelajaran bahasa baik dengan  ketrampilan menulis, membaca, menyimak, maupun berbicara. Dalam praktiknya, pengajaran sastra berupa pengembangan kemampuan menulis sastra, membaca  sastra, menyimak sastra, dan berbicara sastra.

Berdasarkan hal di atas, pembelajaran sastra mencakup hal-hal berikut :
1.     Menulis sastra : menulis puisi, menulis cerpen, menulis novel, menulis drama
2.     Membaca sastra : membaca karya sastra dan memahami maknanya, baik terhadap karya sastra yang berbentuk puisi, prosa, maupun naskah drama
3.     Menyimak sastra : mendengarkan dan merefleksikan pembacaan puisi, dongeng, cerpen, novel, pementasan drama
4.     Berbicara sastra : berbalas pantun, deklamasi, mendongeng, bermain peran berdasarkan naskah, menceritakan kembali isi karya sastra, menanggapi secara lisan pementasan karya sastra

Sasaran Pembelajaran Sastra

1. Pembelajaran Menulis Sastra

Penulisan sastra membutuhkan penghayatan terhadap pengalaman yang ingin diekspresikan, penguasaan teknik penulisan sastra, dan memiliki wawasan yang luas mengenai estetika. Tujuan pembelajaran menulis sastra adalah :
a.     agar siswa menguasai teori penulisan sastra yang berkaitan dengan unsur-unsur dan kaidah-kaidah dalam penulisan sastra, teknik penulisan sastra, dan estetika
b.     agar siswa terampil menulis sastra

2. Pembelajaran Membaca Sastra
   
Salah satu syarat untuk dapat memahami karya sastra dan membaca sastra dengan baik adalah mempunyai pengetahuan yang baik tentang sastra. Sasaran pembelajaran membaca sastra adalah pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan hakikat membaca, hakikat sastra dan membaca sastra, teknnik memahami dan mengomentari karya sastra.

3. Pembelajaran Menyimak Sastra

Sasaran pembelajaran menyimak sastra adalah pengembangan kemampuan mendengarkan, memahami, dan menanggapi berbagai ragam wacana lisan. Sasaran lain adalah pengembangan kemampuan siswa dalam memahami pikiran, perasaan, dan imajinasi yang terkandung dalam karya sastra yang dilisankan.

4. Pembelajaran Berbicara Sastra

Kemampuan berbicara sastra merupakan kemampuan melisankan karya sastra yang berupa menuturkan, membawakan, dan membacakan karya sastra. Kemampuan tersebut merupakan salah satu indikator dari subkompetensi “menguasai ekspresi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk”

Konstruksi Karya Sastra Indonesia

Tulisan ini adalah sebuah pengantar, bagi Anda yang awam dengan dunia sastra, namun telah terlanjur menumpuki diri dengan sejumlah buku-buku sastra. Bagaimanapun juga, sastra adalah salah satu disiplin ilmu dengan catatan historis yang sudah cukup tua. Jadi, mari menjadi penikmat yang tanpa batas. Menyelami karyanya, dan memafhumi ilmu dasarnya.

Secara umum, karya sastra di Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu drama, puisi, dan prosa. Drama merupakan proyeksi konflik kehidupan manusia di dunia nyata, yang disajikan di atas pentas dalam bentuk dialog dan gerakan. Istilah drama berasal dari kata drame dalam bahasa Perancis yang diambil untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah di Perancis.

Kita seringkali beranggapan bahwa drama sama dengan teater, padahal dua hal tersebut memiliki definisi yang berbeda. Teater adalah segala pertunjukan di depan orang banyak, seperti wayang orang, sulap, lenong, ketoprak, tanpa menyaratkan adanya naskah tertulis seperti halnya drama.

Puisi adalah karya sastra yang memuat pesan dengan tafsiran arti yang relatif luas karena kadangkala dibuat dalam bahasa yang tidak lugas. Puisi biasanya disajikan dalam bentuk bait. Puisi modern barangkali memang lebih bebas pakem, tanpa harus terikat baku pada pertimbangan rima, jumlah baris, tujuan pembuatan, bahkan pilihan rasa bahasa. Karena itulah kadangkala puisi modern yang beredar di sekitar kita saat ini sangat berasa subjektivitas pengarangnya. Yah, itu sah-sah saja karena toh penulis itu sendiri yang memegang kendali. Di masa lampau, puisi memiliki ragam yang cukup variatif, seperti gurindam, pantun, talibun, puisi mantra, tabas, nazam, dan lain sebagainya. Ragam yang semakin menjadi asing di telinga manusia jaman baru.

Prosa adalah jenis tulisan yang lebih lugas atau sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa latin yang berarti terus terang, digunakan untuk mendeskripsikan gagasan atau fakta. Prosa dalam karya sastra dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu roman, novel, novelet, dan cerpen.

Roman adalah karya fiksi yang menceritakan kisah kehidupan sang tokoh secara utuh, semenjak lahir sampai meninggal. Sedangkan novel hanya menceritakan bagian-bagian tertentu atau bagian yang paling mengubah kehidupan dari sang tokoh. Pada perkembangan awal, novel adalah karya sastra yang bersifat realis, artinya menceritakan kehidupan sang tokoh secara nyata tanpa dibumbui dengan hal-hal yang bersifat ajaib atau gaib. Novelet adalah bentuk yang lebih singkat dari novel, namun dengan aras yang sama. Sedangkan cerpen adalah bentuk yang lebih pendek lagi dari novel dan novelet. Secara garis besar, cerpen adalah bacaan yang bisa habis dibaca sekali duduk. Dalam perkembangan kekinian, batas antara roman dan novel semakin terkaburkan. Para penikmat karya sastra, bahkan para penulisnya, jamak beranggapan bahwa sebentuk karya fiksi dengan sekian tokoh dan konflik di dalamnya, dengan jumlah halaman minimal 50 halaman, adalah novel, tanpa melihat lagi alur dan ide cerita dominan di dalamnya.

Novel pada akhirnya mengenal pemerian berdasarkan suasana dominan yang membungkusnya. Ada novel sejarah (epic), novel religi, novel sains (science fiction), novel petualangan, novel keluarga, atau label-label lain yang sebenarnya adalah bagian dari strategi pemasaran para penerbit buku. Bentuk cerpen sepertinya memang menjadi milik media masa sepenuhnya. Terlebih ketika para penerbit buku cenderung memilih menerbitkan novel ketimbang kumpulan cerpen (kecuali dari seorang penulis ternama tentunya).

Perkembangan konstruksi teoretis karya sastra di Indonesia memang menarik untuk dicermati lebih lanjut. Pemahaman dasar bahwa karya sastra adalah ruang bebas interupsi, ruang tempat seorang penulis bebas untuk meramu serabut-serabut realita dan bebas untuk menyajikannya dalam bahasa semua dunia semesta, adalah pemahaman praktisi-praktisi dunia literasi terkini. Konstruksi teori akhirnya mengalami reduksi bahkan dekonstruksi, begitu pula konstruksi gagasan dan substansi nilai.
Well, selamat menikmati sastra. Siap-siaplah tercerabut, atau mencerabut.

10 Kualitas Pribadi yang Disukai

Ketulusan
Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya di atas Ya dan Tidak di atas Tidak”. Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

Kerendahan Hati
Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.

Kesetiaan
Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

Positive Thinking
Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan sebagainya.

Keceriaan
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

Bertanggung jawab
Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

Percaya Diri
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

Kebesaran Jiwa
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain.
Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

Easy Going
Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

Empati
Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.


19 Februari 2011

SATU TELADAN LEBIH BAIK DARI SERIBU NASIHAT



1.  Jangan salahkan siswa terlambat kalau gurunya tidak tepat waktu!
2.  Jangan salahkan siswa tidak pakai seragam kalau gurunya tidak berseragam!
3.  Jangan menyuruh siswa belajar kalau gurunya sendiri tidak pernah belajar!
4.  Jangan salahkan siswa tidak mengerjakan PR kalau gurunya tidak mengoreksi hanya ditumpuk saja!
5.  Jangan menyalahkan siswa ramai di kelas kalau kalau gurunya sendiri tidak masuk kelas saat jam mengajar!

Generasi Muda Unggul dan Revitalisasi Pramuka

BERIKAN aku sepuluh pemuda, bukan seribu generasi tua untuk menggoncangkan dunia!”

Itulah salah satu moto Bung Karno. Moto itu bermakna dalam terkait strategi Bung Karno terhadap generasi muda dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemuda adalah sosok individu yang kuat, gesit, tahan uji, dan memiliki semangat menggelora. Di tangan pemuda tangguh negara pun bakal kuat. Sebaliknya, bilamana generasi muda loyo negara pun bakal rapuh.
Oleh karenanya, pendidikan dan pembinaan generasi muda amatlah strategis. Karena di tangan generasi mudalah kelangsungan negara dipertaruhkan. Sesuai Lampiran II Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka No. 137 Tahun 1987 tentang Gugus Depan, gerakan Pramuka merupakan salah satu wadah dan usaha pembinaan generasi muda yang ber-usia 7 sampai 25 tahun dengan menggunakan pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan bangsa, serta masyarakat Indonesia.
Beberapa prinsip yang diterapkan dalam kegiatan kepramukaan, yaitu: 1) mengandung unsur-unsur edukatif, 2) mengajarkan hidup sederhana dan sikap mandiri, 3) prinsip kehormatan dan sistem tanda kecakapan, 4) penerapan sistem among. Bila ditelaah saksama, kegiatan kepramukaan punya pengaruh signifikan terhadap pengembangan minat dan bakat juga pembentukan karakter seorang individu.
Metode pendidikan kepramukaan yang disesuaikan kelompok umur pada hakikatnya merupakan pola pembinaan generasi muda secara berjenjang dan berkesinambungan untuk menghasilkan produk berkualitas. Untuk pembinaan kelompok mulai usia siaga (7-10 tahun), unsur-unsur yang dikedepankan yaitu mendidik cara keluarga yang sarat kasih sayang dan penuh kegembiraan. Pada usia dewasa, pandega (21-25 tahun), pola pembinaan diarahkan pada situasi di mana anggota pramuka sudah terlibat dalam konteks kehidupan masyarakat.
Tak dipungkiri kegiatan-kegiatan kepramukaan turut membentuk karakter individu berkepribadian tangguh. Materi-materi di lapangan me-merlukan konsentrasi, kecakapan, keuletan, dan kondisi fisik yang prima. Anggota pramuka pun dihadapkan pada berbagai situasi dan kondisi, medan dan cuaca berubah, halangan maupun tantangan lainnya sebagai bentuk tempaan bersifat fisik, serta mental.
Dalam Kegiatan kepramukaan, unsur edukatif dikembangkan. Ke-giatan mengemas dan mengikuti acara seminar, perkemahan, renungan suci, muspanitra, atau pelantikan anggota, mengandung nilai-nilai positif seperti belajar berorganisasi, memupuk semangat gotong royong, menambah wawasan, melatih kepemimpinan dan memiliki rasa tanggung jawab. Anggota pun punya keleluasaan dalam berkreasi, berinspirasi, dan berimajinasi untuk dituangkan dalam kegiatan-kegiatan kepramukaan yang pada dasarnya pengembangan potensi diri anggota. Tak sedikit pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh dari kegiatan tersebut yang ber-guna saat terjun ke dalam masyarakat kelak.
Pendeknya, banyak sekali manfaat positif yang bisa kita raih dari kegiatan pramuka. Karenanya, revitalisasi terhadap gerakan pramuka sangat penting dilakukan. Bagaimana pun gerakan pramuka ibarat kawah candradimuka, salah satu wadah persemaian tunas-tunas generasi bangsa untuk dibina sehingga menghasilkan generasi yang berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur, beriman dan bertakwa, cerdas dan terampil, serta kuat dan sehat.
Gerakan pramuka juga menyiapkan kaum muda Indonesia untuk mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, sosio-intelektual, dan fisik yang kuat sehingga diperoleh generasi unggul yang berkonstribusi besar bagi kemajuan bangsa ini. Jadi jelaslah siapa yang menanam, lalu merawat dengan optimal dialah yang berhak menuai hasilnya.

Sumber : Pikiran Rakyat Online

09 Februari 2011

JENIS KARANGAN

1. Eksposisi
Karangan ini berisi uraian/penjelasan tentang sesuatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan.
Contoh:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidanga akuntansi, pekerjaan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yasng digunakan untuk menghasikan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keungan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.
Topik yang tepat untuk eksposisi, misalnya:
- Manfaat koperasi sekolah
- Peranan majalah dinding di sekolah
- Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.

Contoh eksposisi Proses:
Mencangkok bukanlah pekerjaan yang sukar. satu menit saja kita belajar, kita sudah dapat berpraktik dan hasilnya kita tunggu satu dua bulan. Caranya sebagai berikut:
1. Siapkaan pisau, tali rafia, tanah yang subur sekepal, dan sabut pembungkus secukupnya.
2. Pilihlah ranting yang tegak, kekar, sehat, dengan diameter kira-kira 1,5 – 2 cm.
3. Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kira-kira sepanjang 10 cm.
4. Tutuplah keratan bagian atas dengan tanah dan bungkuslan dengan sabut yang telah disiapkan.

2. Karangan Argumentasi
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta/konsep sebagai alasan/ bukti.
Tema/topik yang tepat untuk argumentasi antara lain:
1. Pupuk buatan menguntungkan petani
2. lulusan SMA perlu dibekali ketermpilan tambahan
3. Teknologi modern harus dikuasai secepatnya.

3. Deskripsi
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar sendiri hal tersebut. Deskripsi dibagi tiga: 1) deskripsi benda, 2) deskripsi ruang, dan 3) deskripsi suasana.

4 . Persuasi
Karangan ini bertujuan mengajak dan mempengaruhi emosi pembaca untuk berbuat sesuatu.
Topik yang tepat misalnya:
1. Mari menabung
2. Keluarga berencana
3. Pemuda harapan masa depan bangsa

5. Narasi
Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang kronologis sesuai urutan waktu sehingga membentuk alur cerita.
Yang termasuk karangan narasi : cerpen,novel, roman, dsb.

PIDATO

Pidato ialah suatu bentuk perbuatan erbicara di hadapan massa tertentu dengan tujuan tertentu. Macam-macam tujuan Pidato antara lain:

1. Pidato persuasif:
mempengaruhi emosi pendengar untuk berbuat sesuatu. Pidato kampanye, pidato keagamaan.
Topik yang tepat antara lain:
- Toleransi beragama kunci persatuan nasional
- Menabung untuk masa depan
- Pentingnya berkorban demi pembangunan

2. Pidato argumentatif:
menyakinkan pendengar akan kebenaran suatu pendapat.
Topik antara lain:
- Pentingnya pengembangan pariwisata
- Pupuk buatan meningkatkan pendapatan petani
- Peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan.

3. Pidato informatif:
Memberitahu atau memberi informasi, misalnya: pidato pengarahan dan pidato penerangan.
Topik yang tepat, misalnya:
- Cara mengolah tembikar secara tradisional
- Strategi lulus SPMB
- Cara bertanam secara hidroponik

4. Pidato deskriptif:
melukiskan suatu keadaan.
Topik yang tepat antara lain:
- Suasana peringatan Hari kemerdekaan RI
- Lalu lintas di jalan Tol Jagorawi

Langkah-langkah Pidato
1. Menentukan tema dan menyempitkan tema
2. Menganalisis pendengar dan situasi (mencari tahu tentang pendengar: usia,  pendidikan, profesi, bagaimana situasinya: di ruangan/lapangan)
3. Menentukan tujuan pidato
4. Mengumpulkan bahan dengan membaca, wawancara, pengamatan dll.
5. Menyusun kerangka: merancang urutan baha agar sistematis
6. Mengembangkan kerangka menjadi teks pidato
7. Melatih diri dengan suara dan intonasi yang tepat

Sistematika Pidato
1. Pembukaan: salam, ucapan syukur, ucapan terima kasih
2. Isi: gagasanyang hendak dikemukakan
3. Penutup: simpulan, ajakan, harapan, permintaan maaf, salam penutup.

Pidato akan menarik kalau:
1. topiknya menyangkut persoalan yang sedang hangat, memberi jalan keluar terhadap persoalan yang dihadapai.
2. penyajian bahan sistematis dan pemakaian bahasa yang sesuai 
3. selingi humor yang positif

Hal yang harus dihindari dalam berpidato:
1. gerakan yang terlalu banyak  
2. bertele-tele
3. kebiasaan buruk perlu dihindari (terlalu sering memegang kaca mata, baju, celana dll)
4. suara yang terlalu keras (jarak mikrofon perlu diberi jarak)

Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dalam berpidato:
persiapan matang, suara dengan intonasi dan kekerasan yabg tepat, didukung gerak gerik muka dan tangan, dan penampilan rapi dan menyakinkan.

08 Februari 2011

Kesabaran Honda

Amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda
selalu terbentur pada kendaraan bermerek Honda, baik berupa mobil
maupun motor. Merek kendaran ini memang selalu menyesaki padatnya
lalu lintas. Karena itu barangkali memang layak disebut sebagai raja
jalanan.


Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri kerajaan bisnis
Honda -- Soichiro Honda -- selalu diliputi kegagalan saat menjalani
kehidupannya sejak kecil hingga berbuah lahirnya imperium bisnis
mendunia itu. Dia bahkan tidak pernah bisa menyandang gelar insinyur.
Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak
pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.

Saat merintis bisnisnya, Soichiro Honda selalu diliputi
kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari
kuliah. Namun, ia terus bermimpi dan bermimpi. Dan, impian itu
akhirnya terjelma dengan bekal ketekunan dan kerja keras. ''Nilaiku
jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya di
sekitar mesin, motor dan sepeda,'' tutur Soichiro, yang meninggal
pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat
mengidap lever.

Kecintaannya kepada mesin, jelas diwarisi dari ayahnya yang
membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko,
Jepang Tengah. Di kawasan inilah dia lahir. Kala sering bermain di
bengkel, ayahnya selalu memberi catut (kakak tua) untuk mencabut
paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat
mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki
kelahiran 17 November 1906 ini dapat berdiam diri berjam-jam. Tak
seperti kawan sebayanya kala itu yang lebih banyak menghabiskan waktu
bermain penuh suka cita. Dia memang menunjukan keunikan sejak awal.
Seperti misalnya kegiatan nekad yang dipilihnya pada usia 8 tahun,
dengan bersepeda sejauh 10 mil. Itu dilakukan hanya karena ingin
menyaksikan pesawat terbang.

Bersepada memang menjadi salah satu hobinya kala kanak-kanak.
Dan buahnya, ketika 12 tahun, Soichiro Honda berhasil menciptakan
sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Sampai saat itu, di
benaknya belum muncul impian menjadi usahawan otomotif. Karena dia
sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak
tampan, sehingga membuatnya selalu rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke kota, untuk bekerja di Hart
Shokai Company. Bossnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara
kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara
yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari
perhatiannya. Enam tahun bekerja di situ, menambah wawasannya tentang
permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, Saka Kibara mengusulkan
membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak
ditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya kian membaik. Ia selalu
menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat
memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu,
jam kerjanya tak jarang hingga larut malam, dan terkadang sampai
subuh. Yang menarik, walau terus kerja lembur otak jeniusnya tetap
kreatif.

Kejeniusannya membuahkan fenomena. Pada zaman itu, jari-jari
mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik untuk kepentingan meredam
goncangan. Menyadari ini, Soichiro punya gagasan untuk menggantikan
ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya
laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia.

Pada usia 30 tahun, Honda menandatangani patennya yang
pertama. Setelah menciptakan ruji. Lalu Honda pun ingin melepaskan
diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Mulai saat itu dia
berpikir, spesialis apa yang dipilih ? Otaknya tertuju kepada
pembuatan ring piston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada
1938. Lalu, ditawarkannya karya itu ke sejumlah pabrikan otomotif.
Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak
memenuhi standar. Ring Piston buatannya tidak lentur, dan tidak laku
dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu dan
menyesalkan dirinya keluar dari bengkel milik Saka Kibara. Akibat
kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian,
kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi,
soal ring pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari
jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin.

Siang hari, setelah pulang kuliah, dia langsung ke bengkel
mempraktekkan pengetahuan yang baru diperoleh. Tetapi, setelah dua
tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang
mengikuti kuliah. ''Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak
diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang
hukum makanan dan pengaruhnya,'' ujar Honda, yang diusia mudanya
gandrung balap mobil. Kepada rektornya, ia jelaskan kuliahnya bukan
mencari ijazah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap
penghinaan. Tapi dikeluarkan dari perguruan tinggi bukan akhir
segalanya. Berkat kerja kerasnya, desain ring pinston-nya diterima
pihak Toyota yang langsung memberikan kontrak. Ini membawa Honda
berniat mendirikan pabrik. Impiannya untuk mendirikan pabrik mesinpun
serasa kian dekat di pelupuk mata.

Tetapi malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap
perang, tidak memberikan dana kepada masyarakat. Bukan Honda kalau
menghadapi kegagalan lalu menyerah pasrah. Dia lalu nekad
mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik.
Namun lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya
terbakar, bahkan hingga dua kali kejadian itu menimpanya.

Honda tidak pernah patah semangat. Dia bergegas mengumpulkan
karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang
dibuang oleh kapal Amerika Serikat, untuk digunakan sebagai bahan
mendirikan pabrik. Penderitaan sepertinya belum akan selesai. Tanpa
diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga
diputuskan menjual pabrik ring pinstonnya ke Toyota. Setelah itu,
Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947, setelah perang, Jepang kekurangan
bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak poranda. Sampai-sampai
Honda tidak dapat menjual mobilnya akibat krisis moneter itu. Padahal
dia ingin menjual mobil itu untuk membeli makanan bagi keluarganya.

Dalam keadaan terdesak, ia lalu kembali bermain-main dengan
sepeda pancalnya. Karena memang nafasnya selalu berbau rekayasa
mesin, dia pun memasang motor kecil pada sepeda itu. Siapa sangka,
sepeda motor-- cikal bakal lahirnya mobil Honda -- itu diminati oleh
para tetangga. Jadilah dia memproduksi sepeda bermotor itu. Para
tetangga dan kerabatnya berbondong-bondong memesan, sehingga Honda
kehabisan stok. Lalu Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak
itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut
mobilnya, menjadi raja jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Semasa hidup Honda selalu menyatakan, jangan dulu melihat
keberhasilanya dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah
kegagalan-kegagalan yang dialaminya. ''ORANG MELIHAT KESUKSESAN SAYA HANYA SATU PERSEN. TAPI, MEREKA TIDAK MELIHAT 99 PERSEN KEGAGALAN SAYA,'' tuturnya.
Ia memberikan petuah, ''KETIKA ANDA MENGALAMI KEGAGALAN, MAKA SEGERALAH MULAI KEMBALI BERMIMPI. DAN MIMPIKANLAH MIMPI BARU.'' Jelas kisah Honda ini merupakan contoh, bahwa sukses itu bisa
diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di
sekolah, dan hanya berasal dari keluarga miskin.