Kesan pertama begitu menggoda. Selanjutnya, terserah Anda!
Bila ada yang tahu kutipan iklan tersebut, Anda mungkin
seumuran dengan saya. Kutipan itu saya terapkan pada kegiatan pembelajaran di
awal tahun pembelajaran baru, di kelas baru, di siswa baru.
"Belajar apa kita hari ini?"
Pertanyaan itu membuat kebanyakan siswa bingung tak bisa
menjawab.
"Kalau melihat dari buku paket, sekarang kita belajar
Teks Laporan Hasil Observasi, Pak," ucap salah seorang siswa rajin.
"Mantap! Kamu siswa cerdas. Pastinya sudah membaca buku
paket terlebih dahulu di rumah," balasku padanya dengan sedikit bangga.
"Enggak, Pak. Saya baru buka buku paket barusan,
Pak," jawabnya polos, tetapi dengan wajah bersemangat.
"Baiklah, laporan hasil observasi. Ini materi yang keren.
Bisa jadi bekal untuk sumber ilmu lainnya. Mari kita pelajari bersama-sama
dengan penuh perhatian!" seruku dengan nada memotivasi.
"Siap, Pak!" jawab para siswa serempak.
"Nah, ada tiga kata nih: laporan, hasil, dan observasi.
Mana nih yang perlu kita bahas duluan?"
Jawaban siswa sangat variatif berikut alasan-alasannya. Paling
banyak jawabannya ialah laporan.
"Begini, sebetulnya yang paling penting kita pelajari
lebih dulu ialah observasi. Nah, dari observasi itulah kita akan memperoleh
hasil, dan hasil itulah yang akan menjadi acuan dalam menyusun laporan."
Hampir seluruh siswa mengucap "ooo" dan sebelum
mulut mereka rapat kembali, saya ajukan pertanyaan sederhana, "Apa yang
ada di benak kalian saat mendengar kata 'observasi'?"
Sejenak hening. Hingga beberapa saat kembali ramai dengan
beragam jawaban.
"Penelitian, Pak!"
"Wah, serius amat penelitian, hehe..."
"Analisis, Pak!"
"Owh, sepertinya observasi itu sulit, ya?" timpalku
santai.
"Mengklasifikasi, Pak!"
"Wah, keren amat bahasanya! Hehe... Kita sederhanakan
saja. Intinya, observasi itu pengamatan. Ya, kalau mengobservasi ya kegiatannya
ya mengamati. Sesederhana itu."
Hampir seluruh siswa mengucap "ooo" dan sebelum
mulut mereka rapat kembali, saya ajukan beberapa pertanyaan enteng,
"Mengapa kita harus mengobservasi? Apa yang harus kita observasi?
Bagaimana cara kita mengobservasi? Ayo dijawab!"
Sejenak hening. Hingga beberapa saat kembali ramai dengan
beragam jawaban.
"Kucing!"
"Benda, Pak!"
"Fenomena alam, Pak!"
"Biar kita paham, Pak!"
"Pake teropong, Pak!"
"Pake ilmu atuh, Pak!"
Dan aneka jawaban asbun lainnya.
"Nah, biasanya kalau kita mengamati sesuatu itu karena
punya motivasi yang kuat. Misal, kamu terpesona sama salah satu siswi di kelas.
Kamu pasti melakukan pengamatan yang lebih mendetail, mulai dari ujung kepala
hingga ujung kaki, sampai hafal minyak wanginya, lokasi rumahnya, tahu
kebiasaannya, makanan favoritnya, dst."
"Eaa... eaa... eaa...."
"Nah, begitulah. Modal dasarnya kudu punya motivasi
intrinsik untuk mengamati. Mengamati apa? Alam semesta. Biar apa? Biar kenal
sama penciptanya. Caranya? Gunakan pancaindera, bila mampu ya sama indera
ketujuh (hatimu). Biar apa? Biar lebih peka. Peka pada apa? Pada pertanda alam
semesta."
"Uwoww... amazing, Pak!"
"Tapi kok di buku paket gak ada penjelasan itu?"
Tanya salah seorang siswi.
"Makanya, saya hadir bukan sebagai juru bicara buku
paket, tetapi untuk melengkapi keterbatasan buku paket. Biar apa? Biar ilmu
yang kamu dapat itu utuh," jawabku santai.
"Mantap, Pak!"
"Nih, ingat juga yang ini. Ada yang namanya fokus
pengamatan. Biar apa? Biar hasil pengamatannya gak ngeblur."
"Maksudnya bagaimana, Pak?"
"Nih, contoh kecil: semut. Semut kan kecil, kan? Hehe...
misal ada dua orang yang mengamati semut. Yang satu fokus pengamatannya ke
struktur tubuh semut. Yang satunya lagi fokus pengamatannya ke interaksi sosial
semut. Pasti akan berbeda proses pengamatan yang dilakukan, dan hasilnya pun
jelas akan berbeda. Kalau gak difokusin, pasti bakal bingung: apanya yang harus
diamati? Kitu."
Hampir seluruh siswa mengucap "ooo" dan sebelum
mulut mereka rapat kembali, saya sambung, "Nah, nanti coba kalian
laksanakan misi rahasia di rumah masing-masing. Anggap sebagai latihan.
Misinya: mengamati aktivitas orang rumah, mulai ia bangun hingga tidur lagi.
Kalian tentukan satu saja yang paling menarik untuk diamati. Bisa ayah, bisa
ibu, boleh kakak, boleh adik. Terserah. Yang penting, kerahkan semua indera
yang kamu punya untuk pengamatan! Catat hasilnya. Ingat, ini misi rahasia. Jangan
sampai ketahuan kalau kalian sedang mengamati. Bila perlu, membaur saja. Kalau
sudah selesai, ucapkan terima kasih padanya."
"Wah, seru kayaknya, Pak!"
"Nah, sekarang untuk latihan misi rahasia, coba kalian
amati satu orang yang ada di kelas ini. Terserah mau siapa saja, yang penting
dia jangan sampai tahu kalau kamu sedang mengamati dia. Biar hasil
pengamatannya gak ngeblur, apa fokus pengamatannya? Temukan ciri khas orang
yang kamu amati! Mungkin fisiknya, sifatnya, kebiasaannya, atau yang lainnya.
Catat hasilnya sedetail mungkin. Siap?"
"Siap, Pak!" Jawab mereka serempak.
(bersambung ke bagian #2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar