01 Maret 2011

Membacakan Puisi dengan Menawan

Teknik membaca puisi menyangkut berbagai hal, agar tampilannya lebih menarik, indah, komunikatif, dan segar. Teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut.

a. Vokal/Lafal
Dalam membaca puisi diperlukan pengucapan vokal atau lafal yang jelas. Dengan demikian, pendengar akan memahami secara jelas apa yang kita sampaikan. Gerakan mulut perlu senantiasa dilatih untuk mengucapkan fonem atau kata secara tepat dan jelas. Misalnya, suara ta, tha, hemm, emm, uh, oh, huh, dan sebagainya.

b. Intonasi/Tekanan
Selain olah vokal juga perlu olah intonasi dan tekanan suara, seperti sedang, berat, ringan, kemerduan. Perlu diperhatikan tekanan dinamik (keras-lembut: mas, mass, masss!, massss-masss), tekanan tempo (cepat-lambat) akan berbeda dengan suara reporter dan pranatacara, tetapi cukup lantang.

c. Penghayatan
Latihan penghayatan juga sangat diperlukan untuk dapat membaca puisi secara memikat dan menarik. Untuk dapat menghayati puisi dengan baik, kalian wajib membaca naskah terlebih dahulu dan memahami isinya. Oleh karena itu, bacalah naskah puisi kalian secara berulang-ulang dalam hati dan carilah kata-kata sulit yang belum dimengerti maknanya.

d. Gerak/Mimik dan Ekspresi
Gerak/mimik dan ekspersi yang tidak tepat juga membuat pembacaan puisi kurang menarik. Oleh karena itu, dalam pembacaan puisi harus memerhatikan betul isi dan penghayatan terhadap naskah puisi yang akan dibaca sehingga dapat sesuai.

e. Latihan Pernapasan
Latihan bernapas panjang-pendek, datar, terengah-engah sangat dibutuhkan dalam membaca puisi. Latihan semacam itu harus dilatih dengan menyeimbangkan pernapasan dada dan perut, agar pembacaan puisi tidak tersendat-sendat. Setelah memahami teknik membaca puisi yang baik, cobalah membaca puisi hasil karya sendiri. Apabila belum tersedia, Anda dapat membaca puisi-puisi karya penyair berikut ini.

Bagai Sepasang Kekasih

selepas gemuruh di pagi benderang itu
semua kenangan tentang lelaki suci
dan perempuan binal yang kaukisahkan
kembali menggayut di benakku
bagai sepasang kekasih berenang
melawan gelombang tanpa perahu
tiada dermaga sebab telah runtuh
beberapa detik lalu....
mungkin kau adalah sisa
dari silsilah manusia
yang menulis tahi lalat
di sejarah yang pekat
sebelum kota menjadi punah
menenggelamkan segala seranah
aku seperti sudah membaca sejarah
tentang orang-orang jadi ikan
dihanyutkan oleh bandang
selepas gaduh di pagi benderang itu
aku benar-benar kehilangan sejarah

Tidak ada komentar: