24 Agustus 2023

PENGALAMAN BELAJAR TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI [#1]

 Kesan pertama begitu menggoda. Selanjutnya, terserah Anda!

Bila ada yang tahu kutipan iklan tersebut, Anda mungkin seumuran dengan saya. Kutipan itu saya terapkan pada kegiatan pembelajaran di awal tahun pembelajaran baru, di kelas baru, di siswa baru.

"Belajar apa kita hari ini?"

Pertanyaan itu membuat kebanyakan siswa bingung tak bisa menjawab.

"Kalau melihat dari buku paket, sekarang kita belajar Teks Laporan Hasil Observasi, Pak," ucap salah seorang siswa rajin.

"Mantap! Kamu siswa cerdas. Pastinya sudah membaca buku paket terlebih dahulu di rumah," balasku padanya dengan sedikit bangga.

"Enggak, Pak. Saya baru buka buku paket barusan, Pak," jawabnya polos, tetapi dengan wajah bersemangat.

"Baiklah, laporan hasil observasi. Ini materi yang keren. Bisa jadi bekal untuk sumber ilmu lainnya. Mari kita pelajari bersama-sama dengan penuh perhatian!" seruku dengan nada memotivasi.

"Siap, Pak!" jawab para siswa serempak.

"Nah, ada tiga kata nih: laporan, hasil, dan observasi. Mana nih yang perlu kita bahas duluan?"

Jawaban siswa sangat variatif berikut alasan-alasannya. Paling banyak jawabannya ialah laporan.

"Begini, sebetulnya yang paling penting kita pelajari lebih dulu ialah observasi. Nah, dari observasi itulah kita akan memperoleh hasil, dan hasil itulah yang akan menjadi acuan dalam menyusun laporan."

Hampir seluruh siswa mengucap "ooo" dan sebelum mulut mereka rapat kembali, saya ajukan pertanyaan sederhana, "Apa yang ada di benak kalian saat mendengar kata 'observasi'?"

Sejenak hening. Hingga beberapa saat kembali ramai dengan beragam jawaban.

"Penelitian, Pak!"

"Wah, serius amat penelitian, hehe..."

"Analisis, Pak!"

"Owh, sepertinya observasi itu sulit, ya?" timpalku santai.

"Mengklasifikasi, Pak!"

"Wah, keren amat bahasanya! Hehe... Kita sederhanakan saja. Intinya, observasi itu pengamatan. Ya, kalau mengobservasi ya kegiatannya ya mengamati. Sesederhana itu."

Hampir seluruh siswa mengucap "ooo" dan sebelum mulut mereka rapat kembali, saya ajukan beberapa pertanyaan enteng, "Mengapa kita harus mengobservasi? Apa yang harus kita observasi? Bagaimana cara kita mengobservasi? Ayo dijawab!"

Sejenak hening. Hingga beberapa saat kembali ramai dengan beragam jawaban.

"Kucing!"

"Benda, Pak!"

"Fenomena alam, Pak!"

"Biar kita paham, Pak!"

"Pake teropong, Pak!"

"Pake ilmu atuh, Pak!"

Dan aneka jawaban asbun lainnya.

"Nah, biasanya kalau kita mengamati sesuatu itu karena punya motivasi yang kuat. Misal, kamu terpesona sama salah satu siswi di kelas. Kamu pasti melakukan pengamatan yang lebih mendetail, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki, sampai hafal minyak wanginya, lokasi rumahnya, tahu kebiasaannya, makanan favoritnya, dst."

"Eaa... eaa... eaa...."

"Nah, begitulah. Modal dasarnya kudu punya motivasi intrinsik untuk mengamati. Mengamati apa? Alam semesta. Biar apa? Biar kenal sama penciptanya. Caranya? Gunakan pancaindera, bila mampu ya sama indera ketujuh (hatimu). Biar apa? Biar lebih peka. Peka pada apa? Pada pertanda alam semesta."

"Uwoww... amazing, Pak!"

"Tapi kok di buku paket gak ada penjelasan itu?" Tanya salah seorang siswi.

"Makanya, saya hadir bukan sebagai juru bicara buku paket, tetapi untuk melengkapi keterbatasan buku paket. Biar apa? Biar ilmu yang kamu dapat itu utuh," jawabku santai.

"Mantap, Pak!"

"Nih, ingat juga yang ini. Ada yang namanya fokus pengamatan. Biar apa? Biar hasil pengamatannya gak ngeblur."

"Maksudnya bagaimana, Pak?"

"Nih, contoh kecil: semut. Semut kan kecil, kan? Hehe... misal ada dua orang yang mengamati semut. Yang satu fokus pengamatannya ke struktur tubuh semut. Yang satunya lagi fokus pengamatannya ke interaksi sosial semut. Pasti akan berbeda proses pengamatan yang dilakukan, dan hasilnya pun jelas akan berbeda. Kalau gak difokusin, pasti bakal bingung: apanya yang harus diamati? Kitu."

Hampir seluruh siswa mengucap "ooo" dan sebelum mulut mereka rapat kembali, saya sambung, "Nah, nanti coba kalian laksanakan misi rahasia di rumah masing-masing. Anggap sebagai latihan. Misinya: mengamati aktivitas orang rumah, mulai ia bangun hingga tidur lagi. Kalian tentukan satu saja yang paling menarik untuk diamati. Bisa ayah, bisa ibu, boleh kakak, boleh adik. Terserah. Yang penting, kerahkan semua indera yang kamu punya untuk pengamatan! Catat hasilnya. Ingat, ini misi rahasia. Jangan sampai ketahuan kalau kalian sedang mengamati. Bila perlu, membaur saja. Kalau sudah selesai, ucapkan terima kasih padanya."

"Wah, seru kayaknya, Pak!"

"Nah, sekarang untuk latihan misi rahasia, coba kalian amati satu orang yang ada di kelas ini. Terserah mau siapa saja, yang penting dia jangan sampai tahu kalau kamu sedang mengamati dia. Biar hasil pengamatannya gak ngeblur, apa fokus pengamatannya? Temukan ciri khas orang yang kamu amati! Mungkin fisiknya, sifatnya, kebiasaannya, atau yang lainnya. Catat hasilnya sedetail mungkin. Siap?"

"Siap, Pak!" Jawab mereka serempak.

(bersambung ke bagian #2)

Tidak ada komentar: